[Se-Tae New Series] My Heart is Running To You


Author : ohnajla (chosangmi15)

Genre : romance, marriage life, school life, friendship, family, teen

Rating : Teen

Length : Chaptered

Cast : Kim Taehyung (BTS), Oh/Kim Sena (OC), Kim Jongsoo (OC), BTS, Mark Wu (a.k.a Mark SM Rookies), Kim Jae Ah (OC)

Recommended song : BoA – Who Are You

.

Taehyung, Mark & Jungkook

Semuanya telah selesai makan. Sembari menunggu pukul satu tiba, mereka tetap berkumpul di sana untuk bersantai. Angin yang berhembus terasa sejuk di kulit karena berasal dari pepohonan yang tumbuh di sekitar sini. Enam anggota Bangtan Sonyeondan sedang asyik menggunakan energy angin itu untuk tidur-tiduran. Mark dan Jongsoo bermain catur berdua, sepertinya Jongsoo yang membawa papan catur itu. Sementara Sena dan Taehyung, seperti biasa berduaan. Taehyung meletakkan kepalanya di paha Sena.

“My heart is running to you

(Hatiku berdetak untukmu)

Every sec getting close to you

(Setiap detik aku teringat padamu)

My heart is running to you

(Hatiku berdetak untukmu).”

Taehyung tersenyum. “It’s getting close to you babe (hatiku tertutup khusus untukmu, kekasihku).”

Sena tertawa geli. “Yaa, aku sedang bernyanyi, oppa.”

“cheotnune neukkimi watdan mariya (I felt it when I first saw you)

gidaryeoon type of boy (You’re the type of boy I waited for)

mwonga geuryeonoheun deuthan oemo maltu da (It’s like someone drew it out,)

injeonghago sipjin anjiman (the way you look, the way you talk)

injeonghal subakke eopseosseo (I don’t want to admit but I have no choice but to admit)

hajiman kkoindeuthan gori nal eojireophyeo (But you’re like a tangled line, you make me dizzy)”

“Ah jinjja?” gumam Taehyung sambil menyeringai. Dia malah mendapat cubitan di pipinya.

“geudaega hangeoreum dagaomyeon (When you take a step closer)

waenji buranhaejyeo nan (I get nervous for some reason)

neomu ppareun seontaegeun anin geolkka (What if this is a hasty decision?)

naega mulleonamyeon waenji neol (But if I go away, I’m afraid I would lose you)

nochil geotman gateunde (What do I do?)

eojjeona neol jabaya hana (Should I hold onto you?)”

“Ya! kau harus memegangku,” ucap Taehyung untuk kesekian kalinya yang membuat Sena sebal.

“Yaa oppa! Aku tidak sedang bernyanyi untukmu.”

Taehyung tersenyum. “Sudahlah sayangku. Aku tahu kau pasti akan gugup jika aku mendekatimu kan? Seperti sekarang ini. Iya kan?”

Cih, tingkat pedenya tinggi sekali, gumam Sena sambil mengusap rambut Taehyung.

“Lebih baik kau tidur, arra? Ternyata memang kau lebih tampan saat tidur.”

“Kalian berdua kapan punya anaknya?” tanya Jongsoo tiba-tiba yang membuat sepasang insan ini menoleh padanya. Tapi yang dipandang justru sedang focus dengan caturnya.

“Ck. Kau ini bicara apa Jong oppa?”

“Secepatnya. Kau mau request berapa? Aku akan memenuhinya,” sahut Taehyung dengan nada sesantai mungkin. Dia tak peduli ketika Sena menatapnya tajam.

Jongsoo terkekeh dan menatap mereka sekilas. “Bagaimana kalau membuat satu tim basket? Ah.. kalau bisa kesebelasan. Bagaimana?”

“Jongsoo oppa!!” keluh Sena kesal.

“Ne, aku janji akan membuat kesebelasan.”

Ucapannya itu sukses membuat Sena kembali melotot. Taehyung terkekeh kemudian menarik tengkuk Sena mendekat.

“Kau punya gen kembar, aku yakin anak kita nanti ada yang kembar.”

Bukannya membuat Sena lega, justru membuat gadis itu semakin terbakar. “Oppa!! Bisakah kau tidak bicarakan itu sekarang?! Aku masih delapanbelas!!”

Taehyung terkekeh. Dia berhasil membuat Sena-nya kesal. “Iya sayang. Aku hanya bercanda. Aku tidak akan membuatmu hamil sampai usiamu duapuluh.”

Sena mendengus. “Ya, itu baru benar.”

Mark yang mendengar perbincangan mereka hanya bisa tersenyum miris. Andai dia ada di posisi Taehyung. Andai dia yang tertawa senang melihat Sena kesal. Dia pasti sudah sangat bahagia.

Lain dengan Jungkook. Matanya memejam tapi dia tidak benar-benar tidur. Dia merasa sangat iri pada Taehyung. Jika dia bertemu lebih dulu dengan Sena, jika dia tidak mengejar Sena dengan paksaannya, Sena pasti sudah menjadi istrinya sekarang.

Betapa beruntungnya menjadi Kim Taehyung.

**

Malam hari pukul tujuh, Sena sudah selesai dengan jadwal kuliahnya hari ini. Sekarang dia sedang menunggu Taehyung di lobi depan. Awalnya dia sendirian, tapi tak lama kemudian Jongsoo datang dan menemaninya.

“Si hitam itu belum datang?” tanyanya. Padahal sebenarnya antara dia dan Taehyung, yang pantas disebut hitam adalah dia. Tapi Sena tak peduli.

“Sepertinya jam kuliahnya belum selesai,” gumam Sena sambil memandangi ponselnya. Dia sedang menunggu Taehyung menelepon.

Jongsoo ikut melirik ponsel Sena. “Itu foto Taehyung, eoh? di mana diambilnya?”

Sena memandang layar ponselnya dengan senyum merekah. “Ne, ini foto Taehyung. Kami mengambilnya dua bulan lalu. Waktu itu Taehyung merengek-rengek padaku untuk makan di luar. Waktu itu dia baru mendapat gaji pertamanya sebagai direktur sementara.”

Jongsoo mengangguk kecil. Dia tahu kalau pernikahan Sena karena pewarisan tahta perusahaan Oh corp. Karena Sena masih belum bisa menjalankan perusahaan, sang suamilah yang menggantikan posisi Sena untuk sementara. Jongsoo lega karena suami Sena adalah Taehyung. Sejak pertama kali mengenal Taehyung, Jongsoo sudah tahu kalau Taehyung adalah yang terbaik, bahkan jujur saja, lebih baik dari Mark ataupun Jungkook.

“Oh ya, sekarang Daehun di mana?”

Sena beralih menatap Jongsoo. “Dia tidak mengatakan padamu? Ya ampun anak itu. Sekarang dia ada di Yonsei, mengambil jurusan kedokteran.”

Jongsoo membelalak. “Si kecil itu masuk kedokteran? Woah.. aku tidak menyangka dia akan mengambil jurusan itu.”

Sena terkekeh. “Tidak cocok sekali kan? Tapi kalau dilihat dari hobi belajarnya, menurutku jurusan itu paling tepat untuknya.”

Jongsoo mengangguk setuju. “Kecerdasannya sudah tidak diragukan lagi. Dia sama cerdasnya dengan Taehyung kalau menurutku.”

Sena mengangguk. “Setuju.”

Tak lama kemudian, motor sport putih berhenti di depan mereka. Penunggangnya adalah seorang pemuda dengan helm hitam di kepalanya. Mesin motor itu dimatikan, akan tetapi Taehyung tidak turun dari motornya. Dia memandang kedua orang itu dibalik kaca helmnya yang sudah terangkat.

“Kau masih disini?” tanya Taehyung pada Jongsoo.

Jongsoo tersenyum. “Aku menemani istrimu. Aku takut dia hilang kalau membiarkannya sendirian di sini.”

Kedua mata Taehyung membentuk bulan sabit menandakan kalau dia tersenyum. “Yah.. alasanmu masuk akal juga. Tapi awas kalau kau mencari kesempatan dengannya.”

Jongsoo tertawa terpingkal-pingkal. “Tentu saja tidak, bodoh. Sudahlah, kalian berdua cepat pulang.”

Sena bangkit lalu melambai pada Jongsoo. “Kami pulang duluan, ya oppa. Annyeong.”

Jongsoo mengangguk. Ia tersenyum tipis saat motor sport itu perlahan meninggalkannya di lobi gedung fakultas yang sudah sepi. Tak lama kemudian dia pun bangkit dan berencana untuk pergi ke lapangan parkir mengambil motornya. Namun tiba-tiba saja dia berhenti saat mendengar seorang gadis memanggilnya.

“Jongsoo-sshi.”

Ia pun menoleh. Matanya membelalak ketika menemukan gadis berkulit putih bersih, bertubuh pendek dan berwajah kalem sedang berjalan menghampirinya dengan senyum yang sangat menawan. Semua orang di kampus ini pasti mengenalnya. Dia adalah Kim Jae Ah, putri pertama dari dosen matematika, Kim Joon Myeon.

Jae Ah tidak masuk jurusan bisnis. Akan tetapi dia sering kemari untuk menemui ayahnya yang selalu berkutat di gedung fakultas bisnis. Gadis itu memasuki semester tiga jurusan seni rupa murni.

Dia berhenti tepat satu meter di depan Jongsoo. “Jongsoo-sshi belum pulang?”

Tutur lembut, suara merdu, dan senyum bak malaikat, itulah yang ada di benak Jongsoo saat memandangnya dengan jarak cukup dekat seperti ini. Pemuda itu mengangkat sudut bibirnya. “Belum. Jae Ah-sshi sendiri?”

“Aku juga belum pulang. Aku sedang menunggu appa yang masih belum selesai dengan kelasnya.”

Jongsoo mengangguk kecil. “Bagaimana kalau kopi? Kau suka kopi, Jae Ah-sshi?”

Jae Ah menggeleng. “Mianhae Jongsoo-sshi. Aku belum pernah mencobanya selama ini.”

“Ah.. bagaimana kalau bubble tea?”

Jae Ah langsung mengangguk semangat. Jongsoo tersenyum. “Kaja, aku tahu di mana kedai bubble tea yang paling enak.”

Mereka berduapun berjalan beriringan menuju lapangan parkir untuk mengambil motor Jongsoo dan pergi ke kedai bubble tea yang tak jauh dari kampus.

**

Sesampai di apartemen, Sena langsung pergi mandi dan kemudian memasakkan makan malam untuk mereka. Sedangkan Taehyung memilih untuk berbaring sebentar sebelum nanti malam begadang mengerjakan tugas kuliahnya.

Setelah masakan telah siap dihidangkan, Taehyung tak kunjung keluar dari kamar. Sena berinisiatif untuk menghampirinya.

CKLEK

“Taehyung-ah..”

Tak ada jawaban. Taehyung yang tepar di atas tempat tidur sama sekali tidak bergerak. Sena pun melangkah mendekat. Semakin dekat dia bisa mendengar suara dengkuran halus. Sepertinya Taehyung benar-benar tidur.

Dengan hati-hati Sena duduk di pinggiran ranjang. Dia mengusap-usap dada Taehyung sebelum memandangnya. “Taehyung-ah.. kita makan dulu, kaja.”

Masih tidak ada sahutan. Namun tubuh Taehyung bergerak sedikit saat menggaruk rambutnya. Sena tersenyum tipis melihat pose manis suaminya. Di saat Taehyung tidur, Taehyung memang terlihat lebih tampan.

“Taehyung-ah.. ayo bangun dulu,” Sena menepuk pipi Taehyung pelan. Dia tidak tega, tapi dia harus tega kalau tak mau Taehyung kelaparan saat begadang nanti.

“Eungh..” pemuda itu menyingkirkan tangan Sena lalu membalik badan ke sisi kiri.

Lagi-lagi Sena tersenyum. Sena pun mendekatkan bibirnya ke telinga Taehyung. “Taehyung sayang.. nanti bukannya kau akan mengerjakan tugas? Sekarang ayo makan dulu. Nanti kamu sakit.”

CHUP!

Taehyung menggeliat tak nyaman ketika pipinya dikecup lembut oleh Sena. Namun tak lama kemudian dia kembali terlelap.

Sekarang Sena menyerah. Dia mengerti kalau Taehyung pasti lelah sekali sampai-sampai susah dibangunkan seperti ini. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Sena memutuskan untuk membangunkan Taehyung pada pukul sembilan.

Ia pun bangkit, menyelimuti Taehyung hingga sebatas bahu, kemudian melangkah keluar dari kamar. Satu jam membiarkan Taehyung tidur, akan Sena pergunakan untuk menonton televise.

**

Akhirnya waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Sena mematikan televise kemudian segera beranjak memasuki kamar. Dia tersenyum geli melihat selimut yang tadi membalut tubuh Taehyung sudah terjatuh di samping ranjang. Terlebih bentuk tidur Taehyung yang melengkung seperti embrio.

Dia duduk di tempat yang sama seperti sejam lalu setelah meraih selimut itu. “Taehyung-ah, ayo kita makan.”

Terdengar decakan kesal dari bibir Taehyung sebelum suara dengkuran terdengar lagi. Sena meletakkan selimut yang baru saja dilipatnya di dekat kaki Taehyung. “Taehyung-ah..”

Kali ini tak ada sahutan.

Sena dengan gemas langsung membaringkan tubuhnya di samping kanan Taehyung dengan tangan kiri sebagai penopang tubuhnya. Ukuran tubuhnya sangat pas dengan ruang kosong yang ada di sisi kanan tempat tidur. Jari lentiknya yang halus bergerak pelan mengusap pipi suaminya.

“Suamiku yang tampan.. kau tidak akan mengecewakan istrimu ini kan? Aku sudah capek-capek memasakkan makan malam untukmu.”

Taehyung mengerang kecil. Dia membuka matanya sedikit hanya untuk memandang Sena tajam. “Aku mengantuk..”

CHUP!

Kali ini kecupan itu mendarat di salah satu mata Taehyung yang kembali terpejam. “Aku harus apa untuk membuatmu bangun dan makan, eum?”

Pertanyaan itu sukses menarik perhatian Taehyung. Pemuda itu membuka mata, tersenyum misterius seakan menyembunyikan sesuatu.

Benar saja, dalam sekejap seperempat tubuh Taehyung sudah ada di atas Sena. Dia tersenyum, mengusap rambut Sena kemudian mengecupnya sangat lama. Setelah itu tangannya bergerak perlahan menyusuri kulit wajah Sena. Di mulai dari dahi, hidung, pipi dan berakhir di bibir. Ketika wajahnya mendekat, tiba-tiba saja Sena tertawa. Taehyung yang keheranan melihat Sena tertawa tiba-tiba, tak lama juga ikut tertawa.

“Kamu kenapa sih Taehyung?”

Taehyung pun menjatuhkan punggungnya di samping Sena. Dia masih tertawa, sekarang menertawai kekonyolannya. Dia bersukur Sena tidak terbuai dengan godaannya tadi. Andai kata Sena meladeninya, bisa-bisa dia kelepasan. Tidak! dia tidak boleh menanam benih itu sebelum Sena berusia 20 tahun. Ya, dia janji.

Sena bergeser mendekat lalu meletakkan kepalanya di atas lengan Taehyung yang terentang. Rasanya lebih empuk dari pada bantalnya. Dia memeluk tubuh pemuda itu dari samping, menghirup dalam aroma Taehyung yang tak pernah berubah sejak dulu. Aroma ini sukses membuatnya tidak ingin melepas Taehyung barang sedetik pun.

“Aku percaya kau akan menepati janjimu, Taehyung. Taehyung yang kukenal adalah namja terhebat di dunia ini. Wajahnya tampan, tubuhnya tinggi, kulitnya kasar, otaknya cerdas, hatinya lembut dan selalu menepati janjinya. Dia adalah lelaki hebat yang bisa meluluhkan gadis tertutup sepertiku ini. Dua hal yang sangat kusuka dari pemuda bernama Taehyung itu. Dia sangat kuat dan sabar. Dia pasti akan menjadi sosok ayah yang baik untuk anak-anaknya kelak.”

Tubuh Taehyung meremang mendengar ucapan Sena. Apakah sehebat itu dia di mata Sena? Dia tidak pernah merasa dirinya hebat karena menurutnya dia masih kalah pamour dengan Jungkook, Mark atau bahkan Jongsoo. Dia tak lebih adalah seorang anak yatim yang beruntung menikahi putri cantik dan kaya yang ditemuinya pertama kali menggunakan gaun princess Disneyland. Sampai saat ini pun Taehyung masih merasa tidak pantas menjadi pendamping Sena.

Sena masih betah memeluk tubuh Taehyung. Gadis itu serasa kembali ke masa kecilnya saat memeluk Sehun. “Dulu aku memeluk appa seperti ini. Rasanya tidak berbeda. Sama-sama nyamannya.”

Taehyung membalas pelukan itu dengan lebih erat. “Aku juga seperti memeluk eomma.”

Sena tersenyum. Dia merasakan puncak kepalanya yang dikecup lembut oleh Taehyung. “Sena, aku mencintaimu.”

“Nado oppa.”

**

Ruang televise ramai oleh suara tawa mereka berdua. Sena dan Taehyung setelah makan, memilih untuk menonton drama komedi malam. mereka berdua sangat menyukai drama itu karena sangat menyegarkan pikiran.

Di saat Taehyung tersenyum, Sena tak sengaja melihatnya. Dia sangat kagum dengan jawline Taehyung yang lebih tegas dari pada jawline Sehun. Tanpa sadar jarinya menyentuh kulit rahang itu, yang spontan membuat Taehyung berhenti tertawa. Mereka saling bertatapan dalam diam.

Sena tersenyum. “Kenapa berhenti tertawa?”

“Kau sendiri kenapa melihatku seperti itu?” balas Taehyung tak mau kalah.

“Aku sedang mengagumimu,” gumam Sena sambil mengusap bagian rahang Taehyung.

Taehyung tersenyum tipis sebelum kembali memalingkan pandangannya pada layar televise. Selang beberapa detik kemudian dia tertawa entah untuk keberapa kalinya. Sena yang tidak tahu apa-apa, hanya ikut tertawa melihat Taehyung tertawa. Lagi-lagi tanpa sadar dia mengecup rahang Taehyung lembut hingga membuat Taehyung benar-benar shock.

“Sena..” erang Taehyung. Dia merasa kalau Sena sekarang sedang menggodanya. Tapi perkiraannya itu salah total.

Sena tertawa ringan. “Kau jangan memedulikanku. Aku sedang mengagumi ciptaan Tuhan ini.”

Taehyung menggeleng pelan sambil memutar bola mata malas. “Tapi kau membuatku gugup. Berhentilah melakukan itu.”

Sena menggeleng. “Aku tidak mau berhenti. Ih ya ampun Taehyung. Aku kan istrimu, jadi apa salahnya kalau aku mengagumi wajahmu? Lagi pula kau sering melakukan ini padaku.”

“Itu karena kau wanita.”

“Lalu apa masalahnya? Jadi wanita tidak boleh mengagumi wajah pria sedangkan pria boleh melakukan yang sebaliknya? Itu tidak adil. Aku juga ingin mengagumi wajahmu.”

Kalau Sena sudah berubah cerewet, yang Taehyung lakukan pasti adalah mengalah. “Ya ya ya, terserah kau saja.”

Sena tersenyum. tak lama kemudian ekspresinya berubah seakan baru mengingat sesuatu. “Ah oppa, bukankah tadi kau bilang kau harus mengerjakan tugas? Sekarang sudah hampir jam sebelas. Ayo kerjakan tugasmu sekarang.”

Taehyung mengerang malas. “Aku malas sekali ah..”

Sena mengguncangkan tubuh Taehyung dengan kekuatan superman. “Ayolah oppa! Jangan malas seperti itu. Aku tidak mau lagi mendengar kau tidur pagi hanya gara-gara sibuk mengerjakan tugas.”

Taehyung memandang wajah Sena dengan ekspresi kekanakkannya. “Senaku perhatian sekali. Aku kan sudah biasa menjalani rutinitas seperti itu..”

“Tapi itu kebiasaan buruk. Bagaimana kalau kau terkena penyakit hati? Atau gangguan pernapasan? Tidak tidak! aku tidak akan mau membiarkan anakku memiliki ayah penyakitan.”

Taehyung tersenyum miring. “Sejak tadi kau membahas tentang anak. Sudah tidak sabar untuk memilikinya?”

Sena langsung melotot. “Bicara apa sih? Tidak! siapa juga yang seperti itu.”

Rona kemerahan di pipi Sena membuat Taehyung semakin ganas menggodanya. “Ah jinjja? Jongsoo memintaku untuk menghasilkan kesebelasan. Menurutmu bagaimana?”

Pipi Sena semakin memerah, bahkan jauh lebih merah dari pada tomat. Gadis itu langsung mendorong tubuhnya menjauh kemudian melompat berdiri. “Sudah kubilang segera kerjakan tugasmu. Semakin malam otakmu semakin tidak jelas, Taehyung-ah. Sudahlah, aku tidur duluan.”

Sena berjalan menuju kamar mereka dengan menghentak-hentakkan kaki. Omelannya yang tidak begitu jelas telah membuat Taehyung puas hingga tertawa terpingkal-pingkal. Sudah lama dia tidak melihat Sena yang semenggemaskan itu. Baginya kehidupan pernikahan sama saja dengan kehidupan mereka sebelumnya. Yang membedakan itu hanyalah kebebasan Taehyung untuk menyentuh Sena semaunya. Namun Taehyung tidak menggunakan kesempatan itu, karena bagaimana pun dia menghormati keputusan Sena untuk tidak memiliki momongan sampai usia duapuluh tahun. Biarlah kehidupan pernikahan muda mereka ini berjalan sampai mereka terpisah dengan cara yang tidak bisa ditolak, kematian.

TBC

3 comments

  1. suka sih sama ffmu ini aahhh tapi bener deh aku masih binggung sama ceritanya gimana awal hubungan dan pernikahnnya mereka berdua 0:) hihihi

    Suka

Tinggalkan komentar